Oleh: Gemintang Halimatussa'diah
1. Pengertian Menulis
1. Pengertian Menulis
Menurut
Tarigan (Hasani, 2005:1) menulis adalah menurunkan atau melukiskan
lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami
oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik
tersebut kalau mereka memahami bahasa dan grafik tersebut. Menurut
Syamsudin (Hasani, 2005:1) menulis adalah aktivitas seseorang dalam
menuangkan ide-ide, pikiran, dan perasaan secara logis dan sistematis
dalam bentuk tertulis sehingga pesan tersebut dapat dipahami oleh para
pembaca. Menurut Hasani (2005:2) menulis merupakan keterampilan
berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung.
Menulis merupakan kegiatan yang produktif dan ekspresif, sehingga
penulis harus mampu memanfaatkan kemampuan dalam menggunakan tata tulis,
struktur bahasa, dan kosakata.
Dengan demikian, dapat disimpulkan
bahwa menulis adalah keterampilan yang bersifat produktif dengan
kegiatan berupa menuangkan pikiran, perasaan dan ide-ide dalam bentuk
lambang-lambang bahasa dan simbol grafis dengan menggunakan tata tulis,
struktur bahasa, dan kosakata.
2. Pengertian Kecerdasan Emosi
Kecerdasan
emosional merupakan suatu konsep baru yang sampai saat ini belum ada
definisi yang baku yang menerangkan.. Telaah mengenai arti kecerdasan
emosional biasanya terkait dengan kemampuan seseorang dalam menggunakan
aspek pikiran dan emosi untuk memecahkan berbagai masalah kehidupan
(Seca Pramana, 1999).
Salovey dan Mayer tahun 1990 menerangkan bahwa
kualitas-kualitas emosional yang penting bagi keberhasilan, di
antaranya adalah empati, mengungkapkan dan memahami perasaan,
pengendalian amarah, kemandirian, kemampuan memecahkan masalah pribadi,
ketekunan, kesetiakawanan, keramahan dan sikap hormat (Shapiro, 1999).
Sedangakan kecerdasan emosi Goleman tampaknya lebih ditujukan pada upaya
mengenali, memahami, dan mewujudkan emosi dalam porsi yang tepat. Hal
lain yang juga penting dalam kecerdasan emosional ini adalah upaya untuk
mengelola emosi agar terkendali dan dapat dimanfaatkan untuk memecahkan
masalah kehidupan terutama yang terkait dengan hubungan antarmanusia
(Rostiana, 1997).
Reuven Baron (dalam Goleman, 2000) berpendapat
bahwa kecerdasan emosional adalah serangkaian kemampuan pribadi, emosi,
dan sosial yang mempengaruhi seseorang untuk berhasil dalam mengatasi
hambatan dan tekanan lingkungan.
Shapiro (1999) menyatakan bahwa
kecerdasan emosional sangat berhubungan dengan berbagai hal yaitu
perilaku moral, cara berpikir yang realistik, pemecahan masalah,
interaksi sosial, emosi diri, dan keberhasilan baik secara akademik
maupun pekerjaan. Sementara itu, Secapramana (1999) mengemukakan bahwa
kecerdasan emosional merupakan kemampuan untuk mengenali, mengolah dan
mengontrol emosi agar seseorang mampu berespon secara positif terhadap
setiap kondisi yang merangsang munculnya emosi-emosi tersebut.
Aspek-aspek Kecerdasan Emosional
Menurut Salovey dan Mayer, ada lima aspek dalam kecerdasan emosional (dalam Goleman, 2000) yaitu:
a.
Mengenali emosi diri, merupakan inti dan dasar dari kecerdasan
emosional yaitu kemampuan untuk memantau perasaan dari waktu ke waktu
bagi pemahaman diri dan kemampuan mengenali perasaan sewaktu perasaan
itu terjadi.
b. Mengenali emosi diri yaitu kemampuan untuk menguasai
perasaannya sendiri agar perasaan tersebut dapat diungkap dengan tepat.
Orang tidak mampu mengelola emosinya akan terus menyesali kegagalannya
sedangkan mereka mampu mengelola emosinya akan segera bangkit dari
kegagalan yang menimpanya.
c. Memotivasi diri sendiri yaitu
kemampuan untuk mengendalikan diri dan menahan diri terhadap kepuasan
sesaat untuk tujuan yang lebih besar, lebih agung dan lebih
menguntungkan.
d. Mengenali emosi orang lain, yaitu kemampuan
menangkap sinyal-sinyal sosial yang tersembunyi, yang mengisyaratkan apa
yang dibutuhkan atau dikehendaki oleh orang lain.
e. Membina
hubungan dengan orang lain yaitu kemampuan seseorang untuk membentuk
hubungan, membina kedekatan hubungan, meyakinkan, mempengaruhi dan
membuat orang lain nyaman, serta dapat terjadi pendengar yang baik.
Goleman (2000) mengemukakan bahwa ada beberapa aspek kecerdasan emosional yaitu:
a.
Kesadaran diri, yaitu kemampuan seseorang untuk mengetahui apa yang ia
rasakan pada suatu saat dan menggunakannya untuk memandu dalam
pengambilan keptuusan bagi diri sendiri.
b. Pengaturan diri yaitu
kemampuan seseorang menangani emosinya sendiri sehingga berdapak positif
terhadap pelaksanaan tugas, peka terhadap kata hati, sanggup menunda
kenikmatan sebelum tercapainya suatu sasaran, dan mampu pulih kembali
dari tekanan emosi.
c. Motivasi diri, kemampuan menggunakan hasrat
yang paling dalam untuk menggerakkan dan menuntun menuju sasaran, mampu
mengambil inisiatif dan bertindak secara efektif serta mampu bertahan
menghadapi kegagalan dan frustrasi.
d. Empati yaitu kemampuan untuk
merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain, menumbuhkan hubungan
saling percaya dan mampu menyelaraskan diri dengan berbagai tipe orang.
e.
Ketrampilan sosial yaitu kemampuan untuk mengendalikan emosi dengan
baik ketika berhubungan sosial dengan cermat dapat berinteraksi dengan
lancar, menggunakan ketrampilan ini untuk mempengaruhi, memimpin,
bermusyawarah, menyelesaikan permasalahan dan bekerja sama dengan tim.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosi
adalah kemampuan yang dimiliki seseorang yang meliputi kecerdasan
intrapribadi; kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi diri, serta
kecerdasan interpribadi yang berupa empati dan keterampilan sosial dalam
membina hubungan dengan orang lain.
3. Mengasah Kecerdasan Emosi dengan Menulis
a. Menulis Melalui Teks: Penularan Emosi
Teks
dapat memuat emosi kita. Teks dapat menularkan emosi kita. Ringkasnya,
teks dapat membagikan perasaan kita ketika perasaan tersebut memendam
sesuatu yang dirasakan. Memang, teks tidak secara utuh dan total
mengalirkan pelbagai rasa yang dialami si pencipta teks. Teks hanya
dapat menggambarkan.
Namun, sekali lagi, keuntungan teks bagi
seorang penulis adalah teks akan membantunya untuk merekam sesuatu yang
dia alami, yang dia rasakan, dalam bentuk yang terus bergerak dan tidak
mati.
Teks juga dapat memudahkan seseorang merekam apa saja dan
mengungkapkan apa saja. Teks membebaskan seseorang untuk berbuat
sekehendak hatinya. Tidak sebagaimana medium lain, teks dengan cerdik
dapat membawa seorang penulis untuk memperbaiki berkali-kali apa yang
ingin dia tuliskan.
b. Menulis Dapat Melatih Kejujuran
Bagaimana
kita mengukur sebuah kejujuran? Apabila kejujuran dikaitkan dengan
kegiatan menulis, ada kemungkinan kita dapat mengukur soal kejujuran ini
dari seberapa jauh seorang penulis tidak menjiplak atau menelan
mentah-mentah gagasan orisinal orang lain. Menuliskan rasa marah,
harapan, ketakutan, kecemburuan, bisa mencegah kita dari menguburkan
emosi kita dalam-dalam, yang menyebabkan emosi itu sulit diraih kembali.
Penggunaan huruf besar, tanda seru, atau kata sifat saat menulis buku
harian merupakan cara kita berteriak tanpa harus membangunkan tetangga.
Dengan menulis, kita dapat sangat jujur menyatakan tentang apa yang
sesungguhnya kita rasakan karena kita tidak peduli dan tidak memikirkan
siapa yang akan membaca tulisan kita. Bila hal ini dilakukan
terus-menerus, dapat melatih kita untuk senantiasa jujur, paling tidak
jujur terhadap perasaan diri sendiri.
c. Menulis Menyehatkan emosi
Menulis
dapat menjadikan diri lebih sehat sebab ada kemungkinan tekanan-tekanan
yang mendera jiwa sudah agak berkurang. Berkat menulis juga kita punya
“bahan-bahan” tulisan yang unik, yang berbeda dengan yang dimiliki oleh
penulis lain. Berkat menulis juga kita lebih siap untuk menunjukkan
kepada siapa saja tentang hal-hal berharga yang kita punya.
d. Mengelola Kepercayaan yang Mengekang dan Tidak Tepat
Menulis
dapat menjadi alat penyaring yang sangat hebat sehingga apa saja yang
masuk ke dalam diri kita dapat kita peras dan pilih yang terbaik serta
cocok dengan diri kita. Menulis dapat membantu diri kita untuk tidak
terpengaruh kepada dogma dan doktrin yang menekan. “Menulis bagi diri
sendiri” adalah konsep menulis yang dapat membebaskan diri kita dari
segala kekangan untuk menampilkan karakter diri kita. Tanpa mesti merasa
takut akan penilaian orang lain atau doktrin-doktrin tentang kebakuan
menulis. Dengan menulis bagi diri-sendiri, dapat membebaskan kita untuk
menjadi diri sendiri. Lama-kelamaan apabila hal ini terus dilakukan akan
dapat berdampak pula pada kemampuan diri kita dalam melepaskan diri
dari kekangan atas doktrin-doktrin yang mengekang tersebut.
e. Mengendalikan rasa takut
Tidak
ada rasa takut yang perlu dimunculkan pada saat kita berlatih menulis.
Diri kita sendirilah yang menentukan segalanya. Kita bebas menulis apa
saja. Bahkan kita bebas untuk menggali secara dalam hal-hal “buruk” yang
ada di dalam diri kita yang sudah tersimpan lama. Apabila kita berhasil
menggali segala keburukan diri kita, bisa jadi diri kita akan lebih
lega menerima segala kelemahan kita. Di samping itu, kita juga dapat
langsung membuang (dengan membakar atau merusak) tulisan kita itu dan
mengisi diri kita dengan hal-hal baru yang lebih bermanfaat bagi
pengembangan diri kita.
Sumber:
Hernowo, 2003. Quantum Writing Cara Cepat Nan Bermanfaat untuk Merangsang Munculnya Potensi Menulis. Bandung: MLC
_______ , 2004. Main-main dengan Teks Sembari Mengasah Potensi Kecerdasan Emosi. Jakarta: Kaifa
http://www.masbow.com/2009/08/kecerdasan-emosional.html
www.google.com
2 komentar:
keren.. siip amah..!
aamiin..makasih Pak..
Posting Komentar