Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

The Bonds of Love

Oleh: Gemintang Halimatussa'diah

“Assalamu’alaikum, Ara!” seru Frhyza sambil mengetuk pintu amar kosnya berulang kali. Akan tetapi, tak terdengar sahutan dari dalam. Ia pun mengulangi salamnya. Namun, tak jua ada jawaban.
“Ara! Ara! Kamu ada di dalam? Ara, bukain pintu, dong!”
Frhyza bingung karena belum ada juga jawaban dari dalam. Padahal, Ia ingin mengambil tugas kuliahnya yang tertinggal di kamar kosnya bersama Ara itu. Tugas itu harus dikumpulkan  hari ini.  Akhirnya, ia memutuskan untuk mendobrak pintu kamar tersebut. Setelah mendobrak dengan sekuat tenaga, akhirnya pintu itu terbuka juga. Betapa kagetnya Fhryza melihat Ara teman kos sekamarnya itu sudah berada di ujung jendela. Tampaknya, ia ingin meloncat dari lantai dua rumah kost itu.
            “Astaghfirullah, Ara! Apa-apaan sih kamu?!” bentak Frhyza seraya mencegah Ara. “Ngapain sih kamu, Ra? Kamu mau bunuh diri? Iya?! Kenapa Ra! Kenapa?!” lanjut Fhryza kesal sambil mengguncang-guncang tubuh Ara yang sudah berdiri tegak dengan pandangan kosong. Lalu, Frhyza menarik tangan Ara untuk masuk dan mendudukkannya di kursi. Ia mencoba meredam suasana yang terasa kacau dan tak karuan itu.
            “Ra, kamu sebenernya kenapa, sih? Cerita dong sama aku.”
            Ara sudah tampak menyadari keberadaan Fhryza. “Aku cuma.. aku ngga tahu Za, aku frustasi, aku putus asa, hatiku sakit Za, aku…” Dengan emosi yang membuncah, Ara berusaha bicara, tapi hatinya sudah terlalu hancur. Ia bahkan tak sanggup untuk berkata-kata.
            “Tenang, Ra, tenang. Aku ambilin minum ya, Ra” Fhryza berusaha menenangkan. Ia pun memberikan segelas air putih kepada Ara yang masih terisak. Setelah cukup tenang, ia mulai bercerita.
            “Aku sedih banget, Za, aku kecewa banget! Adit, dia… dia mengkhianati cinta aku, Za!”
            “Apa? Jadi, kamu frustasi, kecewa, sampe mau bunuh diri segala itu cuma karena Adit, Ra?”
            “Bukan cuma itu, Za..  masalahnya dia tuh selingkuh sama Endita sahabat aku, Za.”
            “Endita? Ya ampun.. kok tega banget ya dia?”
            “Justru itu, Za.. aku kecewa banget. Aku ngerasa ngga berarti, ngga berharga. Aku merasa seperti sampah. Padahal selama ini aku cinta dan sayang banget sama Adit.”
            “Yah… begitulah cinta, ada manis, tapi juga ada pahit. Ada senang, tapi juga ada sedih dan kecewa. Tapi kamu ngga perlu merasa seperti sampah, Ra. Kamu tahu, ngga? Sebenernya ada loh yang mencintai kita apa adanya. Ia bahkan tak pernah lupa memberi, meskipun kita seringkali melupakannya. Ia tak pernah meninggalkan kita dalam keadaan apa pun, meskipun kita seringkali meninggalkannya. Cintanya adalah cinta sejati, ia takkan pernah mengkhianati kita, takkan pernah menyakiti.”
            “Siapa Za, siapa yang memiliki cinta seperti itu?”
            “Dialah Allah, Ra. Apa kamu pernah mendengar Dia meninggalkan kita? Apa pernah sehari pun IA lupa mengoperasikan jantung kita untuk memompa darah? Apa IA pernah lupa sedetik saja mengatur helaan nafas kita? Ngga pernah kan, Ra?”
            Ara terdiam sejenak. Ia menyadari bahwa apa yang disampaikan oleh Fryzha barusan memanglah benar. “Selama ada Allah, kamu ngga akan pernah kesepian, kamu ngga akan pernah sendirian. Dan kamu, adalah hamba yang amat dikasihi-Nya. Kamu bukan sampah, Ra.”
            Kata-kata Fhryza barusan membuat Ara merasa sedikit terhibur sekaligus terenyuh. Ia kini baru saja menyadari bahwa ia adalah seorang hamba yang selalu dinantikan keberadannya oleh Tuhannya. Sayup-sayup terdengar suara azan. Ara pun mengajak Fhryza untuk shalat berjamaah. Ia ingin sekali segera bertemu dengan Sang Mahacinta, yang selalu menatapnya dengan penuh cinta dan selalu menantinya untuk kembali pada-Nya.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar

KAWANS ^^

Entri Populer