Oleh: Gemintang Halimatussa'diah
Hmm..senang
rasanya memiliki seseorang yang amat berarti dalam hidupku. Orang itu pun
segera kuberi nama Manis ketika ia baru saja terlahir ke dunia ini. Ya, nama
itu rasanya sangat cocok untuknya. Betapa tidak, ibarat gula, ia telah
memberikan ratusan sendok rasa manis dalam secangkir kopi pahit kehidupanku.
Manis
adalah adik sekaligus satu-satunya keluarga yang kupunya. Ketika ia berusia dua
tahun, Ummi meninggalkan kami berdua di dunia belantara yang penuh kesulitan
ini. Sedangkan ayah? Ah, ia telah lama menghilang taktahu rimbanya. Tinggallah
kami berdua yang harus berjuang untuk mempertahankan hidup. Kami saling berbagi
cerita mengenai apa pun yang kami rasakan. Namun, ada satu hal tentang dia yang
sering membuat aku merasa sedih. Ia jarang sekali tersenyum, sikapnya pun ketus
pada orang-orang di sekelilingnya. Ia juga apatis dan tak bersemangat dalam
menjalani hidup. Padahal, aku telah seringkali membesarkan hatinya untuk dapat
lebih ceria dan bersemangat dalam menghadapi kehidupan ini.
Namun,
belakangan, sikapnya mulai berubah. Ia jadi lebih sering menyunggingkan senyum.
Ya, senyum yang telah lama tak kulihat karena baginya memang sulit untuk
tersenyum. Apa mau dikata, ia memiliki bibir yang sumbing, yang membuatnya
harus berpikir 1000 kali untuk tersenyum. Selain itu, ia juga memiliki dua kaki
yang tidak sama panjangnya, sehingga ketika ia berjalan tampak sedikit
terseok-seok. Aku pun kadang merasa pedih ketika melihat manisku itu berusaha
berjalan menapaki langkah demi langkah yang tentu saja tidak mudah baginya.
Lantas, apa
yang membuatnya sering tersenyum belakangan ini? Hmm..aku jadi merasa sungguh
penasaran!
Aku pun
memutuskan untuk langsung bertanya padanya, "Dik, kakak senang sekali
melihatmu sering tersenyum belakangan ini. Apa yang membuatmu lebih sering
tersenyum belakangan ini?"
Dengan
lafal yang tak terlalu jelas, ia pun berusaha menjawab pertanyaanku.
"Zoalnya,
ka ta Bu us tad ze nyum I tu i ba dah, Kak. Bu at aku, zu lit ze ka li me lak
za na kan i ba dah. Ma ka nya, a ku me mi lih un tuk le bih ba nyak ter ze nyum
a gar a ku bi za me la ku kan i ba dah ju ga, Kak." jawabnya polos dengan
lafal yang kurang jelas.
Tak ada
kata yang mampu terucap dari mulutku. Hanya sebuah senyuman dan tetesan air
mata penuh haru yang mampu terlihat di wajahku. Subhanallah.. Kata-katanya
demikian menyentuh hatiku. Perasaanku demikian
terenyuh sekaligus bahagia.
Teruslah tersenyum,
Dik. Karena senyumanmu itu, mampu membuat rona wajahmu terlihat lebih manis,
seperti namamu.
0 komentar:
Posting Komentar