Oleh:
Gemintang Halimatussa’diah
“Wah, liat deh, ada ibu haji lagi beli rokok,” ejek
salah seorang tetanggaku yang lantas diikuti riuh tawa tetangga lain yang
sedang duduk-duduk di warung dekat rumahku itu. Huft…ada sedikit rasa sesak menyelinap
di hatiku kala itu. Namun, aku hanya mampu tertunduk membiarkan saja ejekan itu
membayangi hari pertamaku mengenakan jilbab di area sekitar rumah.
Yah, begitulah kemudian tanggapan tetangga sekitar
begitu melihatku memakai jilbab hanya untuk membeli rokok. Mungkin mereka
memang merasa aneh dan belum terbiasa dengan hal seperti itu. Malu aku jadinya,
hingga timbul tanya di hatiku, “Apa aku jadi terlihat seperti orang sok alim,
ya?”
Pernah juga suatu ketika aku kelimpungan mencari
jilbab hanya untuk mengangkat jemuran di depan rumah. Melihatku tingkahku itu,
papa pun berseloroh, “Mau angkat jemuran saja mesti pakai jilbab segala!
Segitunya amat sih, orang-orang saja nggak ada yang seperti kamu!” Aku hanya
mampu menelan ludah mendengar ucapan papa itu.
Komentar yang kurang lebih sama juga kudapati dari
mama ketika melihatku kelabakan mencari jilbab, atau lari terbirit-birit ke kamar ketika mendengar ucapan
salam dari seorang laki-laki di depan pintu rumah. Mama sering kali menertawai tingkahku itu lalu
berkomentar, “Memang harus sampai begitu, ya? Masak di dalam rumah sendiri
mesti pakai jilbab juga!” Kembali aku hanya mampu menelan ludah.
Sesekali aku juga mencoba membuat mama memahami
tentang pentingnya menjaga aurat di hadapan laki-laki nonmahrom meski di dalam
rumah sekalipun. Namun, mungkin hal itu tetap saja tampak aneh bagi banyak
orang. Ya, aneh! Tapi kalau aku sih, tetap senang-senang saja meski dianggap
aneh. Apalagi kalau tujuannya untuk mencoba mematuhi perintah-Nya. So, if people think that I’m weird because
of that…I just can say, that’s ok for me!
0 komentar:
Posting Komentar