Senja itu, sepulang
bekerja, senyum kembali mengembang di pipiku begitu melihat Altha keponakanku
sedang main ke rumah kami bersama mamanya.
“Ni ada kado, Tan,”
Altha menunjukkan sebuah paket yang tadi diantar oleh Pak Pos.
“Wah, buku ini!”
seruku senang. Itu adalah salah satu buku antologiku yang kisahnya amat
kusukai.
“Kok gambarnya nggak
bagus, sih?” Komentar Altha tanpa diminta.
Aku jadi teringat
ketika pertama kali melihat kover buku ini di wall Facebook-ku. Kover buku bergambar seorang pria tengah mengecup
kening sesorang perempuan dengan pakaian klasik ala-ala kate Winslet dalam film
“Titanic”. Yah, ketika melihat kover itu, komentarku kurang lebih sama dengan
Altha. “Kok kovernya gini, yah?” ucapku dalam hati kala itu.
“Kenapa gak bagus?” tanyaku
pada Altha.
“Ya gak bagus aja,”
jawabnya asal.
Aku mencoba mencari
kata-kata yang tepat agar bocah berusia empat tahun setengah itu paham dengan
maksudku. “Ya kata Altha kan gambar bukunya nggak bagus. Memangnya kenapa?”
“Ya itu, masa suaminya nggak pake peci, terus istrinya
juga nggak pake jilbab lagi! Aturan mah gambarnya bunga kek, gambar buah kek,”
ucapnya polos tapi sok tahu. Melihat raut wajahnya yang diserius-seriuskan itu,
kontan membuatku tertawa. Kukucek-kucek kepala dan rambut halusnya.
Senja itu rasa lelahku
usai bekerja kembali lenyap dalam tawa dan canda bersama gadis kecilku yang
manis dan kritis itu.
0 komentar:
Posting Komentar