Oleh: Gemintang Halimatussa'diah
Rasa gundah mulai
merasuki hati KARANG LAGI. Entah mengapa, wajah Iis, gadis yang pernah
dijodohkan dengannya, selalu saja mengusik kekosongan hatinya.
Iis, sedang apa kamu
sekarang? Batinnya.
Sementara Iis kini
tengah berada di pelaminan bersama laki-laki lain. Laki-laki pilihan hatinya
sendiri, yang tak pernah direstui kehadirannya oleh sang orang tua. Cinta,
itulah alasannya menentang keinginan hati orang yang telah membesarkanya selama
ini.
Usai resepsi
pernikahan, Dio, suami Iis, MASUK ke kamar pengantinnya. Sementara Iis telah
menantinya sejak tadi.
"Iis, ada yang
ingin kusampaikan padamu." Begitu katanya setelah ia duduk berdekatan
dengan Iis di pinggir ranjang pengantin mereka.
"Mau bilang apa,
Mas?" Iis menyunggingkan senyum.
"Aku...Aku sangat
cemburu saat Karang dan kamu dijodohkan oleh orang tua kalian."
"Iya, aku paham,
Mas."
"Iya, aku sangat
cemburu. Makanya, begitu mengetahui kalau kamu telah lama diam-diam menyukaiku,
aku segera saja melamarmu." Mendengar itu, Iis kembali tersenyum sambil
menyandarkan kepalanya ke bahu sang suami.
“Aku senang dengan
sikap gentlemanmu, Mas.”
“Tapi, itu semua
kulakukan demi Karang. Telah lama aku mencintainya. Dan aku tak rela jika dia
menikahi seorang gadis.” Iis terhenyak. Segera ia tegakkan kepalanya, menjauhi
bahu Dio. Hanya kernyitan di dahi yang menandakan ia membutuhkan penjelasan
atas apa yang dikatakan Dio barusan.
“Iya, Iis. Aku
mencintai Karang. Aku tak peduli dia mencintaiku atau tidak. Yang penting, aku
tidak mau melihat dia menikah dengan orang lain.”
Iis terbelalak. Apakah
ini hanya sebuah candaan?
“Kamu ngomong apa sih,
Mas? Aku benar-benar nggak ngerti.” Iis menggelengkan kepalanya.
“Kamu masih belum
paham Is? Aku ini gay. Dan aku mencintai Karang! Sekarang kamu sudah paham?”
Iis tak mampu berkata
apa-apa lagi. Bibirnya kelu. Sebuah rasa aneh menjalari ruang hatinya. Hanya
kosong. Kata-kata Dio selanjutnya sungguh tak mampu ia cerna.