Senin,
8 Oktober 2012
Dear diary
Hari
ini, aku ingin bercerita lagi padamu, semoga kau tak bosan menyimak ceritaku ya..
Sepulang
kerja, seperti biasa aku kembali terduduk di sini. Di sebuah angkot. Ya,
sehari-hari aku memang menumpang angkot untuk mengantarku berangkat dan pulang
kerja. Bagaimanalah, aku tak punya motor dan tak mampu mengendarainya.
Sementara mobil? Ah ya, tak perlulah ditanyakan lagi, tentu saja aku tak
memiliki barang mewah semacam itu.
Kembali
ke angkot.
Tempat
favoritku saat berada di angkot adalah di bangku pojok dekat jendela paling
belakang. Biasanya, aku senang sekali memandangi langit. Bergantung pada pukul
berapa aku menumpanginya.
Jika
pagi, maka aku akan memandangi sang lazuardi cerah yang dipadu arakan awan
putih. Sungguh tentram dipandang mata.
Jika
siang, ah tak berani aku menatap langit. Sebab, matahari yang garang pasti akan
menghadangku dengan cahayanya yang menyengat.
Jika
sore, maka aku akan memandangi langit senja nan memukau. Lazuardi senja yang
ditingkahi kemuning sang mega membuat mataku ingin lekat terus menatapnya.
Indah.
Namun,
sore ini, langitku tak tampak seindah itu. Mendung. Entah mengapa, mendung ini
seolah menjalari sisi hatiku. Seperti biasanya, sambil memandangi langit di
dalam angkot, pikiranku akan melayang entah ke mana. Bersamanya, aku dapat
berkhayal, merenung, merangkai kisah, mengenang, bahkan MENANGIS!
Entahlah,
mengapa senja itu, air mataku tiba-tiba saja tumpah. Di dalam angkot! Memalukan
sekali bukan?
Bagaimanalah
jika penumpang lain melihatku tengah berurai air mata? Memalukan! Tentu saja
takkan kubiarkan hal itu terjadi.
Kembali
ke menangis.
Pasal
apa rupanya yang menyebabkan air mataku jatuh berurai? Rupanya, aku tengah
mengenang. Otomatis saja. Sebuah kenangan yang muncul begitu saja tanpa
kukonstruksi sebelumnya.
Rupanya,
aku sedang mengenang sesuatu yang terasa memilukan hati: penghinaan,
kehilangan, bahkan kesukaran.
Penghinaan.
Ah ya, sejatinya aku memang mendapat sebuah penghinaan belum lama ini. Hal itu
bahkan hampir saja membuatku menangis saat peristiwa itu terjadi. Namun, aku
berusaha menahannya, aku terlalu malu. Bagaimana kalau aku malah terlihat lemah
di hadapan orang yang menghinaku itu? Hmm…itu malah akan terasa lebih memalukan
lagi bukan?
Seharusnya,
hatiku tak terluka oleh penghinaan itu. Sebab,
sesuatu yang kusebut dengan penghinaan itu, sebenarnya merupakan FAKTA!
Ya, itu adalah kenyataan yang memang sungguh terjadi dalam hidupku. Lantas,
mengapa aku harus merasa terhina karenanya?
Kehilangan.
Ya, bagaimanapun aku telah merasakan beberapa kali kehilangan hari-hari
belakangan ini. Bukan, bukan hanya kehilangan sosok ayahku untuk
selama-lamanya, melainkan juga aku merasa, aku telah kehilangan diriku sendiri.
Diriku yang dulu, yang penuh semnagat, mimpi, dan cita-cita. Ke mana semua itu
pergi? Aku pun sudah tak tahu lagi bagaimana harus menjawabnya. Bahkan, aku
sendiri juga tak tahu, diriku yang sebenarnya adalah diriku yang mana. Yang
dulu, atau justru yang sekarang?
Kesukaran.
Mengenai hal ini, tak maulah aku berpanjang kisah. Justru seharusnya aku
introspeksi diri. Tak patut aku mengeluh. Semestinya kubisikkan pada diriku
sendiri sebuah firman Allah yang berbunyi:
“Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.
Sesunggunya bersama kesulitan ada kemudahan.” (Q.S. As Syarh: 5—6)
Juga
ayat Al Quran yang selalu menyindirku manakala sedih menerpa diri.
“Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?”
(Q.S. Ar Rohman: 55)
Maka,
kuusap air mata yang senja itu tertahan telapak tangan, menutupi wajah yang basah
oleh tetesan air mata itu.
Kucoba
tuk menguatkan hati lagi dan menata bingkai pikiranku yang terlanjur terbentukoleh keadaanku kini.
Ya Allah, hanya Engkau yang tahu jalan terbaik apa
yang harus kutempuhi. Mudahkanlah jalan itu. Ku percaya janji-Mu
benar adanya.
Aamiin.
6 komentar:
kaka jangan sedih, SEMANGKA! Semanagat Kaka :D
Iya, udah gak sedih kok. Itu mah cuma sesekali aja kalau lagi sensi, heu2..
makasih ya Lu :D
SEMANGKA! \^_^/
meski tengah bercerita tentang kesedihan mbak gemintang hebat ya, masih saja dapat merangkai kata sebagus ini...
tetap smangat ya mbak ...
jadi termotivasi lagi ngeblog dengan kalimat-kalimat seperti ini ..
^_^
Biasa aja kok, heu2..ini buktinya gak lolos lomba, makanya diposting di blog..heu2.. :D
Sip2..makasih yaa..
Alhamdulillah kita saling menyemangati ya..heu2.. ^^
gak lolos lomba kan bukan berarti gak bagus dan hebat kan mbak ...
saya ajha udah berulang kali ikut juga gak lolos tapi tetap masih berusaha kok mbak, dan tetap bilang diri saya sendiri hebat ... *biar terus semangat
yupzz,,, sling smngati ya mbak ... sukses bersama ^^
Sip2..bener banget! Harus tetap semangat! Makasih yaa :)
Posting Komentar