Diberdayakan oleh Blogger.
RSS
Tampilkan postingan dengan label Cerita Mini. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Cerita Mini. Tampilkan semua postingan


PERIH
Oleh: Gemintang Halimatussa’diah

Telah lama aku menunggu tiba masanya kau bisa mencintaiku dengan segenap hatimu, Mas. Sewindu penantian cinta yang kupasrahkan hanya padamu, nyatanya tiada arti apa-apa bagimu. Kaubilang, kau masih saja mencintai Astuti. Astuti, yang bahkan kini sudah tak ada di dunia ini lagi. Sadarkah kau dengan hal itu? 

“Lastri, izinkan aku pergi.” ucapmu lirih.

Aku hanya mampu tertunduk lesu mendengar ucapanmu itu, Mas. 

“Delapan tahun. Rasanya sudah cukup bagiku bertahan dalam kehampaan rasa, Las.”

Delapan tahun dalam kehampaan? Jadi begitukah dirimu memaknai pernikahan kita, Mas?  Perih hati ini mendengarnya, Mas.

“Aku sudah menemukan kembali Astutiku.” Aku terbelalak. Spontan, mengangkat kepalaku menatap langsung ke matamu.

Tapi.. dia kan sudah meninggal, Mas. Batinku.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

BUKAN SEPATU KACA



BUKAN SEPATU KACA
Oleh: Gemintang Halimatussa’diah

Kening Rayya tampak berkerut. Lagi. “Warna merah marun?”
“Kenapa memangnya, Kak Ray?”
“Kakak kan nggak suka warna merah, Dek.“
“Tapi modelnya bagus loh, Kak.” Diana mencoba membujuk.
Rayya lantas tersenyum sambil menjawil pipi adiknya yang kini duduk di kelas 9 SMP itu. Si pemilik wajah hanya mampu merengut pasrah. Rayya kembali mengedarkan pandangannya pada pasangan-pasangan sepatu yang tersusun rapi di raknya. Belum, ia masih juga belum menemukan sepatu yang sesuai dengan kriterianya.
“Kalau yang ini, Kak?” Diana kembali menunjukkan sebuah sepatu kepada Rayya. Sepatu berhak tinggi dengan motif variasi bunga dan bentuk hati di tengahnya. Kembali dahi Rayya mengernyit. Diana paham, kakaknya pasti tidak suka dengan pilihannya itu.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Mengapa Bidadariku Tak Seperti Dulu?



Oleh: Gemintang Halimatussa’diah

Ada yang BERUBAH pada raut wajahnya. Entahlah, hanya lelah yang dapat kulihat pada paras ayu yang biasanya dihiasi senyuman itu. 

“Ada apa, Sayang? Belakangan ini kamu tampak berbeda,” tanyaku pada kekasih hati yang amat kucintai.
“Tidak apa-apa, Mas.” jawabnya singkat tanpa ekspresi. Hambar, ibarat MASAKAN tanpa garam, itulah yang kurasakan kini. Ada apa sebenarnya dengan dirinya? Apakah dia bosan padaku? Atau jangan-jangan, dia mulai selingkuh? 

Semua tanya itu kemudian terjawab, setelah dokter pribadi istriku memberitahukanku bahwa bidadariku itu tengah menderita PENYAKIT kanker stadium empat. Bibirku kelu, lututku teras lemas, ada sesak dan pedih yang terasa menjalari ruang-ruang dalam hatiku. Bagaimana mungkin sebagai suaminya aku bisa tak mengetahui perihal penyakit yang bersarang di tubuh istri yang amat kucintai itu?

Jadi, itukah yang menyebabkanmu kini berubah bidadariku?

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Tiada Lagi Karang di Hati


Oleh: Gemintang Halimatussa'diah



Rasa gundah mulai merasuki hati KARANG LAGI. Entah mengapa, wajah Iis, gadis yang pernah dijodohkan dengannya, selalu saja mengusik kekosongan hatinya.

Iis, sedang apa kamu sekarang? Batinnya.

Sementara Iis kini tengah berada di pelaminan bersama laki-laki lain. Laki-laki pilihan hatinya sendiri, yang tak pernah direstui kehadirannya oleh sang orang tua. Cinta, itulah alasannya menentang keinginan hati orang yang telah membesarkanya selama ini.

Usai resepsi pernikahan, Dio, suami Iis, MASUK ke kamar pengantinnya. Sementara Iis telah menantinya sejak tadi.

"Iis, ada yang ingin kusampaikan padamu." Begitu katanya setelah ia duduk berdekatan dengan Iis di pinggir ranjang pengantin mereka.

"Mau bilang apa, Mas?" Iis menyunggingkan senyum.

"Aku...Aku sangat cemburu saat Karang dan kamu dijodohkan oleh orang tua kalian."

"Iya, aku paham, Mas."

"Iya, aku sangat cemburu. Makanya, begitu mengetahui kalau kamu telah lama diam-diam menyukaiku, aku segera saja melamarmu." Mendengar itu, Iis kembali tersenyum sambil menyandarkan kepalanya ke bahu sang suami.

“Aku senang dengan sikap gentlemanmu, Mas.”

“Tapi, itu semua kulakukan demi Karang. Telah lama aku mencintainya. Dan aku tak rela jika dia menikahi seorang gadis.” Iis terhenyak. Segera ia tegakkan kepalanya, menjauhi bahu Dio. Hanya kernyitan di dahi yang menandakan ia membutuhkan penjelasan atas apa yang dikatakan Dio barusan.

“Iya, Iis. Aku mencintai Karang. Aku tak peduli dia mencintaiku atau tidak. Yang penting, aku tidak mau melihat dia menikah dengan orang lain.”

Iis terbelalak. Apakah ini hanya sebuah candaan?

“Kamu ngomong apa sih, Mas? Aku benar-benar nggak ngerti.” Iis menggelengkan kepalanya.

“Kamu masih belum paham Is? Aku ini gay. Dan aku mencintai Karang! Sekarang kamu sudah paham?”
Iis tak mampu berkata apa-apa lagi. Bibirnya kelu. Sebuah rasa aneh menjalari ruang hatinya. Hanya kosong. Kata-kata Dio selanjutnya sungguh tak mampu ia cerna.



  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Quiz Monday FlashFiction Prompt #3: Jalan Kenangan


Oleh: Gemintang Halimatussa'diah 


Jalanan ini masih terlihat remang oleh cahaya lampu 5 watt yang telah begitu lama bertengger di atas pohon mangga. Jalan yang sama, tempat pertama kali aku berjumpa dengannya. Ya, dia, lelaki yang teramat dalam kucintai, sekaligus kubenci. Bagaimanalah, tega-teganya ia menikahi sahabatku sendiri saat aku pergi meninggalkannya. Padahal, jika ia tahu, Rosa sahabatku itulah penyebab kepergianku dari sisinya.

Di jalanan ini pula, kini aku harus menyaksikan Angga, lelaki tercinta dan terbenciku itu, bersenda gurau dengan sahabat sekaligus pengkhianatku. Mereka asyik mengobrol tanpa memedulikan keberadaanku. Seolah dunia hanya miliki mereka berdua. Hmm, semakin perih hatiku menyaksikannya.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Serasa Jadi Moon Geun Yong

                                                      Oleh: Gemintang Halimatussa'diah




Ahai! Akhirnya, bakalan jadi deh ketemu sama idolaku Moon Geun Yong dan Jang Geun Suk! Tiket, paspor, izin ortu, semuanya sudah kudapatkan! Asik! Kapan lagi coba bisa bertemu mereka berdua di Singapura? Hmm, pasti bakalan seru banget! Wah, aku sampai ngebayangin betapa kerennya my favourite couple itu, hehe.


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Sebab Aku Rumaisha



Oleh: Gemintang Halimatussa'diah

Pedih. Meski senyum kusunggingkan di hadapan mereka. Walau aku selalu mengangguk ketika diminta untuk tabah, tetap saja hati ini terasa amat pedih. Hanya tiga hari menjelang ujian nasional, aku mendapat kabar abahku meninggal dunia. Segera kutinggalkan asrama untuk menuju rumahku yang terletak di Cibiru Bandung.

Selepasnya, tak sedikit pun aku mampu berkonsentrasi untuk belajar lagi. Yang terpikir hanya bayangan saat terakhir kali aku menghabiskan waktu bersama abah. Saat itu kami banyak bercanda, banyak pula berdiskusi untuk menentukan tempat kuliah yang tepat. Ya Allah, sungguh dada ini terasa sesak mengenangnya.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Meski Bukan Untukku


Oleh: Gemintang Halimatussa'diah
Dedefirman Muhammad



“Aldi...!” sapa Rena, saat aku baru saja memasuki ruang kelas. “Ini,” Rena menyodorkan sebuah kotak merah muda padaku.

“Untukku?”

“Tidak perlu ditanya lagi, jelas saja untuk Raja.”

Raja, lagi dan lagi untuknya. Jelas saja untuk pria berambut ikal itu, memang siapa yang selalu ada di hatinya? Aku? Kuharap begitu. Tapi kenyataannya tidak. Pasti sekarang aku tampak seperti orang bodoh baginya. Seharusnya aku tidak bertanya itu untuk siapa, karena hampir setiap hari Rena menitipkan sebuah kotak padaku untuk Raja.

Raja, anak kelas XII IPS 1, yang tak kusangka akan menjadi bagian dari pelaku sakit hatiku. Aku menyukai Rena, tapi Rena tidak pernah tahu. Selama ini yang dia tahu adalah aku dan dia, hanyalah sebatas teman. Kurasa Rena tidak pernah sadar bahwa aku selalu bersikap baik padanya karena aku mecintainya. Dan entah kenapa, sampai saat ini aku masih setia untuk membantu Rena memberi kotak pada Raja. Mungkin karena aku ingin melihat dia bahagia.

“Kenapa bengong?” Rena membuyarkan lamunanku.

“Ah, tidak. Sini kotaknya, biar aku berikan pada Raja.”

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Jodoh untuk Lintang


Oleh: Gemintang Halimatussa’diah


      Lintang tampak mengernyitkan dahinya. Apakah semua yang dikatakan ibu-ibu itu benar adanya? Bagaimana bisa ya hal itu terjadi? Pikirnya dalam hati.
  “Kenapa mesti bingung sih, Bu Lintang. Ditanya-tanya terus sama pria muda yang ganteng seperti Pak Arga kok malah terlihat bingung seperti itu?” tanya Bu Hera salah satu teman seprofesi Lintang di SMP Suka Harapan tempatnya bekerja.
     Ya, mungkin ada benarnya apa yang disampaikan Bu Hera itu. Arga adalah sosok pria muda bertubuh tinggi tegap dengan wajah yang cukup tampan. Usianya lebih muda empat tahun dibanding Lintang. Mungkin seharusnya ia memang merasa tersanjung mendapati kenyataan bahwa laki-laki itu kini tengah mendekati dirinya. Namun, untuk memilih jodoh, tentu saja bukan hanya perkara tampilan fisik semata bukan? Hal itulah yang kini membuat resah hati Lintang. Terlebih, Lintang hanya menganggap Arga sebagai teman kerja biasa.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

TAKKAN MAMPU KUMILIKI

Oleh: Gemintang Halimatussa'diah

"Apakah harus kututup pintu lalu menguncinya, menutup gorden jendela rapat-rapat, dan berdiri tegak di hadapanmu, agar kau hanya melihatku saja, Mas? Bukan yang lain. Hanya aku!" gertakku ke arahmu malam itu. Malam di mana aku lagi-lagi memergokimu sedang bersama dengan perempuan lain.


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Tak Seputih Salju



Oleh: Gemintang Halimatussa’diah
 
Salju tak jemu-jemunya turun menemani langkahku dan Mas Heru menyusuri daerah Myeondong, sebuah pusat perbelanjaan yang terkenal di Korea. Setelah puas jalan-jalan dan belanja, Mas Heru mengajakku makan di salah satu restoran favorit kami. Restoran itu tak hanya menjual beragam makanan Korea, tetapi juga makanan yang mirip cah kangkung di Indonesia. Itulah yang membuat kami sering mengunjungi restoran ini setiap kali Mas Heru datang mengunjungiku.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Bintang yang Tersapu Awan



“Liana, kamu tahu kan sejak lama aku sudah memendam rasa cinta padamu? Hingga namamu terukir indah bagai semboyan cinta di hatiku.”
 
Liana hanya mampu tertunduk pilu mendengarnya. 

“Kautahu apa yang membuatku jatuh hati padamu? Sorot matamu. Sorot mata sekerling bintang kejora yang selalu tampak cerah setiap kali aku memandang wajahmu. Sorot mata yang tak pernah berubah, sejak kita masih sama-sama kanak-kanak dulu, hingga kini menginjak tiga dasawarsa usia kita.” Prasetya masih mencoba menatap sorot mata itu, yang sejak tadi tertunduk dalam buliran bening air mata.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Bukan Jaka Tarub


Oleh: Gemintang Halimatussa’diah


Aku mengenal seorang teman laki-laki sewaktu SMP dulu, namanya Jaka. Jaka yang satu ini, sama sekali tak bisa dibilang tampan seperti Jaka Tarub dalam legenda itu. Ia adalah anak laki-laki yang bertubuh tambun, berkulit gelap, dan berambut ikal. Dapat dibayangkan kan bagaimana bentuk rupanya?

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

GARA-GARA TUGAS



Oleh: Gemintang Halimatussa’diah
 
Kulihat Lara, temanku, menangis sendirian di pojok ruang kelas. Ada apa dengannya? Segera kuhampiri dia untuk menanyakan apa penyebab air matanya mengalir.

“Kamu kenapa, Ra?”

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

JANGAN BERHENTI MENYAYANGIKU


Oleh: Gemintang Halimatussa'diah
 
“Kata Mbak Mirna, kamu tadi ketemu sama ayahmu lagi, ya?” tanya bunda dengan alis mengerut.
Merasa tertangkap basah, Naila pun terpaksa mengaku.
“Iya, Bun. Emangnya kenapa? Kenapa sih aku nggak boleh ketemu sama ayahku sendiri? Aku juga kan ingin merasakan kehadiran sosok ayah. Bunda mungkin bisa melarang aku berhenti menemui ayah. Tapi hatiku nggak bisa melakukannya!” Entah dari mana keberanian dalam diri Naila muncul. Baru kali ini ia bicara dengan nada tinggi begitu kepada bundanya.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

MENANTI SANG PENYEMBUH LUKA


Oleh: Gemintang Halimatussa’diah

“Dia sudah menikah El..untuk apa lagi kautangisi?”

Kembali Mbak Bulan mengingatkanku akan statusnya dan posisiku yang bisa saja terjatuh sebagai orang ketiga. Namun, lebih dari sekadar kata orang ketiga, perasaanku pada Beni adalah sebuah perasaan yang amat dalam. Perasaan ini bukanlah sesuatu yang berbilang bulan atau sekadar bermain api. Cintaku padanya benar-benar tulus dan dalam, jauh sebelum Beni mengenal Nahla, istrinya kini.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

ISTANA SANGKAR KEBAHAGIAAN

Oleh: Gemintang Halimatussa'diah


Istana ini memang begitu indah dan mewah, namun sekaligus laksana sangkar yang merenggut kebebasanku. Seperti halnya yang dirasakan hatiku, aku begitu bahagia menjadi seorang putri dari pangeran tampan yang baik hati dan memesona! Aku sangat bahagia sekaligus didera takut, resah, gundah, dan khawatir tiap kali tengah bersama dirinya.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

TULIP BUKAN TERATAI


Oleh: Gemintang Halimatussa’diah

“Kenapa harus teratai?” tanyaku kecewa pada pangeranku yang seolah masih saja belum mampu memahamiku di usia pernikahan kami yang genap satu tahun ini. Aku tuh sukanya BUNGA TULIP..! Bukan TERATAAAAIIII..!

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

AKHWAT GALAU

Oleh: Gemintang Halimatussa'diah

 Hmm..begini ni repotnya kalau mau ketemuan sama sahabat-sahabatku semasa kuliah, pasti ujung-ujungnya nggak jadi…udah siap-siap mau berangkat, eh malah dibatalin. Haduh..! Ya, maklum juga sih, secara kini kami udah lulus kuliah dan memiliki kesibukan masing-masing. Temanku Fira kini tengah disibukkan dengan segudang tugas kuliah S2-nya. Temanku Lara..hmm..dia Miss Supersibuk! Ada-ada saja kesibukannya. Kalau bukan kerja, ya nganter saudaranya ke sini, atau nganter temannya ke situ, atau bantuin siapanya gitu..ke mana gitu..Hadeuh..!

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

SENYUMAN TAMAN LANGIT

Oleh: Gemintang Halimatussa'diah

Kutatap penuh haru senyuman bintangku bersama bulan barunya. Ia tampak begitu bahagia hari ini, wajahnya tak henti-hentinya menyunggingkan senyum, bahkan terkadang tertawa lebar. Jujur, aku pun merasakan kebahagiaannya, tapi entah mengapa tetap ada setitik rasa sedih karena harus berpisah dengan putraku satu-satunya itu.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

KAWANS ^^

Entri Populer