27 Januari 1999
“Tiup lilinnya,
tiup lilinnya sekarang juga, sekarang juuugaaa..sekarang..juu gaaa..” Serempak
semua teman Husna menyanyikan lagu Selamat
Ulang Tahun untuk dirinya dalam pesta sederhana itu.
“Fuuhhh..!” Lilin itu seketika padam, usai ditiup oleh sang empunya hajat, Husna.
“Selamat ulang tahun ya Husna,” Aji teman dekat Husna menjadi orang pertama yang mengucapkan selamat. Hati Husna sangat senang mendengarnya.
“Fuuhhh..!” Lilin itu seketika padam, usai ditiup oleh sang empunya hajat, Husna.
“Selamat ulang tahun ya Husna,” Aji teman dekat Husna menjadi orang pertama yang mengucapkan selamat. Hati Husna sangat senang mendengarnya.
“Apa apaan ini?! Pulang! Hayoo..semuanya PULAAANNGG..!” Semua yang hadir melirik ke arah sumber suara bariton yang menghentak seisi ruangan itu. Betapa kagetnya Husna, ternyata abinya yang seharusnya masih berada di luar kota, kini sudah ada di ruangan itu. Tanpa dikomando dua kali, semua tamu yang hadir serentak meninggalkan rumah Husna dengan wajah muram, bingung, sekaligus takut. Husna merasa sedih sekali sekali melihat hal itu. Ia lalu tertunduk menahan air mata melihat teman-temannya satu per satu meninggalkan ruangan.
Abi mendekati Husna yang masih tertunduk sedih.
“Husna, bukannya abi nggak ingin kamu senang, tapi kamu tahu sendiri kan, perayaan
ulang tahun seperti ini ngga pernah diajarkan oleh Rasul kita. Dan ini..!” Abi
menunjuk kue ulang tahun Husna, “Lilin ini! Kamu tahu kan meniup lilin itu
bukanlah tradisi kita umat muslim?” Suara abi melemah, mencoba memberi
pemahaman pada Husna yang baru berusia 10 tahun kala itu.
“Sekali aja Husna pingin ngerasain ulang tahun kayak temen-temen Husna, Bi! Masa gak boleh, sih?! Abi JAHAATT!” Husna pun berlari ke kamarnya dengan air mata yang mengalir tak tertahankan. Harusnya hari ini menjadi hari yang membahagiakan baginya, tapi kini, berkat abinya, malah berubah menjadi hari yang amat memalukan dan menyedihkan baginya.
“Sekali aja Husna pingin ngerasain ulang tahun kayak temen-temen Husna, Bi! Masa gak boleh, sih?! Abi JAHAATT!” Husna pun berlari ke kamarnya dengan air mata yang mengalir tak tertahankan. Harusnya hari ini menjadi hari yang membahagiakan baginya, tapi kini, berkat abinya, malah berubah menjadi hari yang amat memalukan dan menyedihkan baginya.
27 Januari
2012
Abi, hari ini Husna berulang tahun ke-23.
Tak ada lagi lilin, tak ada lagi perayaan ulang tahun. Husna kini telah
memahami tindakan tegas abi dulu. Semua abi lakukan karena abi demikian sayang
dan ingin menjaga Husna dari hura-hura kesenangan dunia yang melenakan.
Abi, terima kasih telah mengajarkan Husna
banyak hal, itu semua sangat berarti bagi Husna.
Husna kangen sama sikap lembut sekaligus
tegas dari abi..
Dan ingatlah selalu, Bi, Husna selalu sayang
abi..selamanya..
Aji, yang
kini telah menjadi suami Husna, memimpin doa di pusara abi siang itu, mereka
berdoa dengan khusyu’ untuk ayah yang amat dikasihi itu.
Semog abi di sana selalu berada dalam
lindungan kasih-Nya.
Aamiin..
0 komentar:
Posting Komentar